Magelang Indonesia

Magelang
Magelang (Bahasa Jawa: ꦩꦒꦼꦭꦁ) adalah salah satu dari enam kota di Jawa Tengah, yang masing-masing dipimpin oleh seorang walikota dan bukan bupati. Terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, antara Gunung Merbabu dan Gunung Sumbing di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Magelang terletak 43 km sebelah utara Yogyakarta, 15 km sebelah utara Mungkid dan 75 km selatan Semarang, ibu kota Jawa Tengah.
Daftar Isi
- 1 Sejarah
- 2 Geografi
- 2.1 Iklim
- 3 Demografi
- 4 Tempat Menarik
- 4.1 Kuil
- 4.2 Rafting
- 4.3 Museum
- 4.4 Jalan Pemuda
- 4.5 Alun-alun (alun-alun kota)
- 4.6 Olahraga
- 4.7 Taman
- 4.8 Gunung Tidar
- 4.9 Universitas
- 5 Transportasi
- 6 Motto
- 7 Galeri
- 8 Lihat juga
- 9 Referensi
- 10 External link
- 2.1 Iklim
- 4.1 Pura
- 4.2 Rafting
- 4.3 Museum
- 4.4 Jalan Pemuda
- 4.5 Alun-alun (alun-alun kota)
- 4.6 Olahraga
- 4.7 Taman
- 4.8 Gunung Tidar
- 4.9 Perguruan Tinggi
Sejarah
Magelang didirikan pada tanggal 11 April 907. Magelang kemudian dikenal sebagai desa bernama Mantyasih , yang sekarang sudah tahu n sebagai Meteseh.
Ada tiga prasasti penting sejarah di Magelang, yaitu Poh, Gilikan dan Mantyasih yang semuanya tertulis di atas piring tembaga. Poh dan Mantyasih ditulis di bawah pemerintahan Raja Balitung Kerajaan Mataram. Dalam prasasti tersebut disebutkan desa Mantyasih dan Glanggang. Mereka masing-masing menjadi Meteseh dan Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih disebutkan nama Prabu Watukura Dyah Balitung, serta 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu yang artinya Sabtu Legi, 11 April 907. Desa Mantyasih dijadikan oleh raja sebagai desa bebas pajak yang dipimpin oleh seorang patih (mirip dengan Perdana Menteri sekarang) . Disebutkan pula Gunung Susundara dan Gunung Wukir Sumbing yang kini dikenal sebagai Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Ketika Inggris menjajah Magelang pada abad ke-18, Magelang menjadi pusat pemerintahan dan dijadikan setingkat sebagai kabupaten dengan Mas Ngabehi Danukromo sebagai pemimpin pertama (Bupati). Mas Ngabehi Danukromo membangun Alun-Alun (alun-alun kota), tempat tinggal bupati dan masjid. Magelang menjadi ibu kota Karesidenan Kedu pada tahun 1818. Setelah Belanda mengalahkan Inggris, Magelang dijadikan sebagai pusat perekonomian karena letaknya yang strategis. Pemerintah Belanda membangun menara air minum (dikenal sebagai Menara Air Minum ) pada tahun 1918 yang menyediakan air untuk kota. Listrik mulai tersedia pada tahun 1927. Jalan dibuat ulang menggunakan aspal.
Kota ini secara historis pernah menjadi pos militer, sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Ini kemudian bertindak sebagai benteng tentara untuk gerakan pro-kemerdekaan Indonesia melawan pemerintah Belanda selama masa perlawanan. Saat ini, terdapat dua landmark militer: Akademi Militer Nasional, dan satu-satunya sekolah yang terkait dengan militer, Taruna Nusantara.
Jurnalis Taichiro Kaijimura mengumumkan pada 12 Mei 2007 penemuan 30 dokumen pemerintah Belanda yang diserahkan ke pengadilan Tokyo sebagai bukti dari insiden prostitusi massal paksa oleh tentara Jepang pada tahun 1944 di Magelang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Magelang menjadi kotapraja (setingkat dengan kabupaten) dan kemudian kotamadya (setingkat kota).
Geografi
Kota Magelang merupakan kota yang terletak di kawasan pertanian yang subur dan merupakan salah satu wilayah terpadat di Jawa Tengah. Kota Magelang memiliki dua perbatasan. Perbatasan barat adalah Sungai Progo dan Sungai Elo Boones Timur. Kota ini terbagi menjadi tiga kabupaten ( kecamatan ) yang terdiri dari 17 kelurahan ( kelurahan ).
Magelang Utara (Magelang Utara):
- Kramat Utara
- Kramat Selatan
- Kedungsari
- Wates
- Potrobangsan
Magelang Tengah (Magelang Tengah):
- Magelang
- Cacaban
- Kemirirejo
- Gelangan
- Panjang
- Rejowinangun Utara
Magelang Selatan (Magelang Selatan):
- Tidar Utara
- Tidar Selatan
- Rejowinangun Selatan
- Magersari
- Jurangombo Utara
- Jurangombo Selatan
Iklim
Demografi
Masyarakat Magelang memiliki keragaman kepercayaan dan agama. Mayoritas penduduk Magelang menganut agama Islam, namun ada kelompok minoritas seperti Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, serta ada juga spiritualisme dan kepercayaan tradisional Jawa.
Per Februari 2010, Magelang memiliki total populasi 118.227. Populasi Magelang adalah 58.311 laki-laki (49% dari total penduduk) dan 59.916 perempuan (51% dari total penduduk).
Tempat Menarik
Candi
Magelang adalah kota besar terdekat dengan Borobudur, sebuah monumen Budha abad kesembilan yang terletak sekitar 40 km (25 mil) barat laut Yogyakarta. Hanya 12 km dari pusat kota adalah Candi Selogriyo, sebuah candi Hindu abad ke-8 dekat desa Candisari. Candi Canggal yang juga terletak di Kabupaten Magelang ini memiliki transkripsi bahasa Sansekerta bertuliskan nama penguasa Kerajaan Mataram yang pertama, Sanjaya.
Rafting
Ada arung jeram di Elo Sungai yang terletak di Kabupaten Magelang. Sungai Elo berhulu mengalir dari Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran, sehingga tidak terpengaruh oleh aliran material vulkanik dari Gunung Merapi. Sungai ini ideal untuk arung jeram karena karakter aliran dan banjirnya relatif stabil, sehingga relatif aman untuk diarungi baik di musim kemarau maupun musim hujan. Lari arung jeram dipilih tingkat kesulitan (grade) maksimal III + dan cocok untuk keluarga. Lintasan ini memiliki panjang sekitar 12,5 km dan ditempuh dalam 2,5 - 3 jam arung jeram.
Museum
Sejumlah bangunan kota dari zaman Hindia Belanda ini menjadi landmark heritage. Gedung Karesidenan Kedu, sekarang dikenal sebagai Museum Pangeran Diponegoro , tempat Pangeran Diponegoro ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda selama Perang Jawa (1825–1830). Kursi tempat Pangeran duduk tetap ada di museum. Sebuah kuku yang diyakini milik Diponegoro tertinggal di lengan kursi. Sebuah patung untuk menghormatinya berdiri di alun-alun kota Magelang.
Jalan Pemuda
Jalan Pemuda ("Jalan Pemuda") adalah Pecinan (Pecinan) Magelang. Jalan satu arah sepanjang 1,5 kilometer (0,93 mil) ini merupakan pusat bisnis dan mencakup pertokoan, minimarket, dan restoran. Jalan, yang berada di sepanjang bekas rel kereta api, dibagi dengan bagian sempit yang diperuntukkan bagi becak.
Alun-alun (alun-alun kota)
Alun-alun terletak di Pusat kota. Daerah ini memiliki department store Matahari dan Gardena, satu-satunya bioskop di Magelang, di utara, Trio Plaza dan menara BCA; di selatan, ada kantor polisi, gedung Bank BPD, dan kuil Konghucu di sepanjang Jalan Pemuda. Di sebelah barat, terdapat masjid terbesar di kota, yang secara lokal dikenal sebagai Kauman . Di sekitar alun-alun kota terdapat sebuah menara air setinggi 15 meter (49 kaki), dan juga patung Diponegoro sedang menunggang kuda.
Olahraga
Ada sejumlah tempat olah raga di magelang. Pada tahun 2006, misalnya, dibuka lapangan golf: Borobudur International Golf and Country Club. Stadion sepak bola Abu Bakrin terletak di Jl. Tidar, yang berada di dekat lapangan golf. Selain itu, Gedung Olah Raga "Samapta" merupakan tempat olah raga yang populer di Kecamatan Magelang Utara. Kawasan tersebut dikembangkan karena rencana menaikkan statusnya menjadi Sport Center Jawa Tengah. Letaknya di sebelah timur sungai Progo. Stadion Gemilang Kabupaten Magelang terletak di kota Blondo. Ini memiliki kapasitas 15.000 dan digunakan sebagian besar untuk pertandingan sepak bola.
Taman
Sebuah taman seluas 28 hektar, Kyai Langgeng , terletak di Cempaka Jalan kira-kira satu kilometer di selatan pusat kota. Penelitian dilakukan pada spesies tumbuhan langka di sini. Taman ini memiliki taman bermain untuk anak-anak dan keluarganya. Sungai Progo dapat diakses dari taman ini.
Taman Badaan terletak di Jalan Pahlawan (Jalan Pahlawan) dan salah satu dari dua taman di Magelang. Taman ini lebih kecil dari Kyai Langgeng dan kebanyakan dianggap sebagai taman bermain anak-anak. Ada patung binatang di dalam taman seperti badak, hewan yang digunakan sebagai senama, gajah dan jerapah. Penjaja menjual aneka bakso (Bakso) di sekitar taman.
Gunung Tidar
Gunung Tidar terletak di Magersari, Magelang Selatan dan terletak di dalam kompleks Akademi Militer (Akmil). Di sinilah letak sisa-sisa Syekh Subakir dari Iran.
Universitas
Meskipun Kota Magelang adalah kota kecil, kota ini memiliki sejumlah universitas atau akademi atau perguruan tinggi. Setidaknya ada enam perguruan tinggi yang berada di Kota Magelang seperti Akademi Militer (AKMIL), Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Universitas Tidar (Untidar) (https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Tidar), Bina Patria Sekolah Tinggi Komputer Magelang (STIMIK Bina Patria), Sekolah Tinggi Air Tirtawiayasa (Akademi Tirtawiyasa), dan Akademi Perawat Magelang (AKPER Magelang)
Transportasi
Angkutan utama yang beroperasi di Magelang adalah mobil, sepeda motor, bus, taksi, becak, dan sepeda. Saat ini, yang paling populer adalah mobil dan sepeda motor. Bahkan hampir semua rumah tangga memiliki sepeda motor sebagai alat mobilitas dalam aktivitas sehari-hari. Lalu, untuk angkutan umum kebanyakan menggunakan bus dan mobil.
Magelang dulunya memiliki rel kereta api dari Semarang ke Yogyakarta yang melewati pusatnya (di sepanjang Jalan Pemuda), namun kemudian dialihkan ke luar kota. Sayangnya, saat ini jalur kereta api sudah tidak berfungsi lagi. Ditutup oleh pemerintah karena biaya operasional saat itu.
Magelang tidak memiliki bandar udara sendiri sehingga bergantung pada Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Internasional Adisumarmo Surakarta dan Bandara Internasional Achmad Yani Semarang. Kemudian, untuk mencapai bandara, khususnya Adisucipto, dari Magelang membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan bus atau mobil atau taksi. Namun saat ini cara yang paling mudah untuk mencapai Bandara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta adalah dengan menggunakan bus DAMRI yang khusus dioperasikan untuk mengangkut orang dari Magelang ke Bandara Adi Sucipto dan jalan pulang.
November 2011: Akibat banjir lahar Dari Gunung Merapi melalui Kali Putih di Gempol, Magelang, jalan utama yang menghubungkan Magelang dan Yogyakarta sudah beberapa kali ditutup. Diperkirakan proyek senilai Rp64 miliar ($ 7,3 juta) untuk membangun jembatan di atas sungai, pengerukan sungai sepanjang 2,3 kilometer, dan pembebasan lahan sedang dibangun oleh pemerintah.
Motto
Magelang's Moto adalah HARAPAN (dalam bahasa Inggris: Harapan). Ini terbuat dari "Hidup", "Aman", "RAPi", "Asri" dan "Nyaman" (dalam bahasa Inggris: hidup, aman, rapi, hijau, dan nyaman)
Galeri
Pusat perbelanjaan Magelang
Bagian depan Akademi Militer
Halaman utara Candi Borobudur
Central Park Magelang
Siluet Gunung Sumbing dari Bondowoso, Mertoyudan
Vila perkebunan hibrida Indo-Eropa abad ke-19. Sekarang bagian dari resor Losari
Pusat perbelanjaan Magelang
Bagian depan Akademi Militer
Halaman utara Candi Borobudur
Central Park Magelang
Siluet Gunung Sumbing dari Bondowoso, Mertoyudan
Vila perkebunan hibrida Indo-Eropa abad ke-19. Sekarang bagian dari resor Losari
Gugi Health: Improve your health, one day at a time!